Jumat, 02 Juli 2010

Night To Remember

Night To Remember, Band Pop Punk Jember Penemuan Piyu Padi
Bakal sukses menggantikan Padi atau hanya mendompleng kesuksesan Pee Wee Gaskins?
Oleh : Reno Nismara


Senin, 1 Maret 2010, pukul 13:20 WIB, kantor Rolling Stone Indonesia kedatangan lima anak muda berwajah manis dengan gaya pakaian yang cukup serupa; kaos berwarna dasar mencolok dengan printkartun besar, celana skinny dengan panjang selutut, dan sneakers santai mengalasi kaki mereka. Lima anak muda ini tergabung dalam sebuah band bernama Night to Remember.
Band ini terdiri dari Dema J (vokal, piano), Ardillsan (gitar), Kandar (gitar), Waskee (bass), dan Kiky (drums dan loop). Mereka merilis album debut berjudul Wake Up!!, bersama label E-Motion Entertainment yang dipimpin Satrio Yudhi Wahono alias Piyu. Album ini sekaligus diproduseri pula oleh gitaris Padi tersebut. Berikut cuplikan obrolan kami menjelang turunnya hujan besar bersama Night To Remember.

Bagaimana album Wake Up!! dari Night to Remember bisa diproduseri oleh Piyu? 
Ardillsan (A): Awalnya, Mas Piyu membuat acara talent search di Surabaya dengan judul “LA Lights Start Up: Piyu Padi Search for the Next Super Band.” Dia memang sedang mencari talentbaru dari JawaTimur, karena merasa belum ada lagi band dari Jawa Timur yang dapat diterima industri musik nasional sejak Padi dulu. Dari sekitar 350 band yang mendaftar, kebetulan, alhamdulillah, kami yang menjadi juara. Oleh karena itu, kami mendapatkan kontrak dengan E-Motion Entertainment untuk merilis album yang sekaligus diproduseri oleh Mas Piyu.

Ada banyak pihak menganggap musik kalian sangat mirip dengan Pee Wee Gaskins. Bagaimana pendapat kalian?
A: Yah, kami menganggap bahwa kami ini lahir lebih dulu jika dibandingkan dengan Pee Wee Gaskins. Pada tahun 2007, kami telah merilis dua album secara independent, yang terdiri dari satu EP dan satu album penuh. Kami juga menggunakan MySpace.com sebagai sarana untuk memperkenalkan lagu kami kepada masyarakat. Tapi karena kami berasal dari kota kecil dan mereka dari ibu kota, mereka pun muncul ke permukaan lebih dulu dibanding kami. Kesamaan kami dan mereka mungkin karena adanya unsur pop punk ke dalam hasil karya kami masing-masing, tapi untuk unsur musik yang lainnya kami merasa lebih luas dari Pee Wee Gaskins. Kami memasukkan unsur britpop dan ada segelintir U2 juga di sana. Mudah-mudahan nantinya akan terlihat perbedaan musik kami dan mereka.
Dema (D): Selain itu, kami masih menghasilkan karya-karya ballad. Kalau Pee Wee Gaskins kan benar-benar pop punk. Kami juga meminimalisir kehadiran suara tulit tulit synthesizer, lagipula kami ini lebih banyak menggunakan piano daripada synthesizer. Ya, namun kami sih wajar saja jika disamakan dengan mereka, toh mereka memang memegang peranan besar dalam membuka aliran seperti ini ke masyarakat luas.

Ada gerakan pembenci Pee Wee Gaskins yang bernama APWG (Anti - Pee Wee Gaskins), tidak takut bila ada gerakan ANTR (Anti – Night to Remember)?
(semua tertawa)
A: Ya, kalau bisa sih jangan. Kriteria Mas Piyu dalam memilih Super Band ketika itu adalah 5G;good song, good character, good performance, good skill, dan yang paling penting itu good attitude. Keberadaan APWG itu kan sebenarnya karena jauhnya jarak antara fans dengan idolanya, mudah-mudahan sih kami tidak seperti itu. Lagipula kami menganggap diri kami dengan fans itu sejajar.

Apakah yakin genre pop punk yang kalian mainkan ini akan bertahan lama, katakan hingga 5-10 tahun lagi?
D: Jika kami berbicara secara genre, kami yakin itu akan terus ada. Namun jika kami berbicara secara tren, kami tidak yakin itu akan bertahan lama. Tetapi kami sudah siap dengan itu. Kenapa? Karena musik kami tidak mentok di pop punk saja, ada banyak unsur-unsur lain yang kami baur di musik kami.

Jika tren pop punk mulai meredup, apakah kalian akan setia dengan genre tersebut?
D: Setia, karena kami dari dulu memang sudah seperti ini. Mari ambil contoh dari celana yang kami pakai. Kami telah memakai celana ini sejak dulu dan selalu pede walau celana model seperti ini tidak sedang ngetren, karena ini memang image kami. Jadi, walau misalnya di tahun 2011 nanti tren musiknya berubah, kami tidak akan sembarangan mengikuti apa yang sedang tren. Kami akan melakukan pendewasaan musik yang masih dapat menggambarkan karakter kami dan masih nyaman untuk kami mainkan.

Dari genre musik, crowd seperti apa yang akan menonton aksi panggung kalian?
D: Beragam sih. Kalau Pee Wee Gaskins kan mayoritas anak-anak SMP atau SMA, kalau kami, alhamdulillah, kadang ada musisi besar yang tertarik dengan penampilan kami dan rajin men-support kami.
A: Berbeda dengan kebanyakan band indie di kota-kota besar yang enggan mengikuti festival dan lomba band, dulu kami justru rajin sekali dalam mengikuti acara seperti itu. Menurut kami, mengikuti festival (kompetisi band - Red) itu penting untuk melatih mental, performancelink, dan hal-hal teknis dalam melakukan sebuah konser. Dengan ikut serta dalam berbagai festival (kompetisi band - Red), mudah-mudahan kami bisa sama bagusnya di rekaman dan secara live. Jadi, crowd pun akan semakin beragam dari yang sekarang.

Lagu-lagu kalian terdahulu berbahasa Inggris, kenapa di album ini menjadi berbahasa Indonesia? Apakah ini kemauan produser?
A: Kami di major ini bertemu dengan sosok seorang Mas Piyu yang berperan besar dalam menyeimbangkan idealisme kami dengan kemauan pasar tanpa menghilangkan karakter kami. Menurut Mas Piyu, salah satu cara dalam melakukan hal ini adalah dengan mengganti lirik lagu yang tadinya berbahasa Inggris menjadi bahasa Indonesia tanpa mengganti mood yang telah dibangun. Lagipula, kami juga akan makin senang jika jumlah pendengar menjadi lebih banyak. Kemungkinan pendengar kena"  dalam mendengarkan lagu kami akan lebih besar jika menggunakan bahasa Indonesia sebagai lirik lagu kami.

Pernah direndahkan karena berasal dari Jember?
A: Yang paling terasa ketika kami mengikuti festival (kompetisi band - Red) berskala nasional. Ketika berada di luar kota dan peserta lain mengetahui bahwa kami dari Jember, sering sekali kami di-underestimate dan langsung tidak diajak mengobrol. Tapi justru disitu tantangannya, kami ingin membuktikan bahwa kalau kota kecil itu tidak selalu kalah dari kota besar.

Kalian telah tampil di Dahsyat dan Derings yang identik dengan penonton yang dibayar. Ketika pertama kali diinformasikan kalian akan main di acara itu, perasaan kalian gembira atau kecewa?
A: (Tertawa) Justru ini impian kami. Kami jadi bisa menginformasikan ke orang banyak tentang hasil karya kami dan mendorong orang untuk mendengarkan musik yang telah kami ciptakan. Sejak kami masuk major label saja sudah sangat gembira, apalagi ketika tahu single kami di radio-radio luar kota mendapatkan sambutan yang memuaskan sehingga kami dipanggil untuk tampil di TV. Penampilan kami di acara-acara tersebut agar kami dapat memberikan penonton sesuatu yang fresh dan beda. Semoga saja para penonton menyukai penampilan kami.

Menurut pengalaman kalian masing-masing, malam seperti apa yang harus diingat sepanjang masa?
D: Kalau saya ketika tiba-tiba muntah darah padahal masih harus perform bersama Night to Remember. Padahal ketika soundcheck masih belum terjadi apa-apa, tapi ketika sampai di rumah tiba-tiba muntah darah. Karena menuntut profesionalisme, Night to Remember tetap main, tapi ketika itu Ardillsan yang menyanyi. Sampai sekarang masih menjadi misteri kenapa tiba-tiba saya muntah darah waktu itu.
A: Ketika malam final “LA Lights Start Up: Piyu Padi Search for the Next Super Band” itu saya merasa bahwa Tuhan baik sekali terhadap saya.Akhirnya hobi saya bisa dijadikan pekerjaan sebagai sumber penghasilan.
Waskee (W): Ketika ditelepon dan diminta Dema untuk mengisi posisi bassist di Night to Remember.
Kandar (Ka): Ketika jadi juara kompetisi band itu. Saya langsung menelepon Bapak saya dan memberitahu kalau Night to Remember menjadi juara. Dia membalas, “Ya sudah, kamu ngeband saja. Bapak sudah merestui mulai sekarang.” Sebelumnya saya benar-benar dilarang bermusik oleh Bapak saya. Gitar saya dipatahkan, kalau mau perform harus diam-diam. Tapi setelah kemenangan Night to Remember di festival tersebut, Bapak saya benar-benar merestui saya untuk ngeband.
Kiky (Ki): Malam ketika kami semua sedang berkumpul di basecamp untuk menentukan nama band kami. Mendadak suara gedoran terdengar dari pintu. Kami membuka pintu dan ternyata tidak ada siapa-siapa. Kami masih menghiraukan keanehan itu. Namun ketika kejadian itu terulang untuk yang kedua kalinya, kami baru lari ketakutan. Kehadiran makhluk gaib di malam itulah yang menginspirasikan kami untuk menamakan diri kami Night to Remember. Semoga saja kami bisa terus sukses dengan nama tersebut.

Menurut gw (Ichonk)
Gw baru denger lagu Single mereka yang judulnya Sorry (dirinya bersamaku)
enak juga,,
kalo dibilang ngikutin Pee Wee Gaskins sih kayanya nggak,tapi mungkin mirip,
dari style pakean,sama pop punknya,,
tapi gw berharap PWG dan NTR bisa temenan,
Party Dorks dan Nite Freaker bisa sahabatan,
lagian juga baru 2 band Indonesia bergenre Pop Punk yang kepublish kan?
jadi gak ada salahnya..
hahaha,, :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar